April 05, 2010

Behind The Wand There Is a Full Moon Light

Summer 2007
23rd Mortana Street, Carlisle

Perjalanan yang jauh dari Hogwarts ke rumah sudah cukup membuat bocah dua belas tahun ini menggeliat berkali-kali di dalam kamarnya yang berukuran cukup besar untuk anak badung seperti Sean. Merefleksikan seluruh persendiannya sebelum akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah kaleng yang mencurigakan di atas meja. Dia menyeret kakinya menuruni tempat tidur dan menghampir benda itu. Ia menghembuskan nafas berat sembari sesekali memutar-mutar benda kecil itu. Bagian luar kaleng itu bertuliskan 'Halloween in Cans'. Cih, memangnya kau pikir benar-benar ada costume badut bodoh yang menyerupai makhluk bertampang menjijikkan dan berantakan, hm? Tiga kata-
-otakmu sedang bermasalah

Whatever. Selang beberapa detik, ia melemparkannya begitu saja benda itu ke tempat sampah bawah mejanya. Ia langsung berbalik bermaksud mengambil ponselnya di atas tempat tidur. Yea--dia ingin cepat keluar dari rumah ini sebelum saudara kembarnya itu melihatnya. Betapa tidak, gadis idiot itu selalu membuatnya gerah di rumah ini. Selalu menguntitnya. Bahkan anak itu lebih pantas jadi seorang pengasuh bayi daripada sebagai adiknya. Sesaat akan keluar dari kamarnya, kedua hazelnya menangkap sebuah gambar yang tak asing di tempat sampah. Kaleng itu. Masih membuatnya penasaran. Segera saja ia memungutnya dan membawanya keluar. Jangan harap ia bisa bebas begitu saja. Penjaga azkaban sudah dipastikan akan ada di depanmu. Bah-
"Aha, ketahuan melarikan diri. Kau mau kemana dengan pakaian seperti itu, Sean?"

"Bukan urusanmu. Cepat menyingkir dari sana." pekiknya terhadap gadis autis di depannya. Cih, bukannya cepat pergi malah sekarang ia melamun di sini. "Well, itu benda apa? Darimana kau mendapatkannya?"

"Eh? What? Kaleng ini maksudmu? Benda yang tidak penting. Memangnya kau tahu ini apa,hm?" Sean kembali penasaran dengan kaleng misterius ini. Halloween in Cans, what's that mean? Ia mencoba mengingat kembali darimana barang ini bisa ada padanya."Ya, aku pernah melihatnya di suatu tempat. Lihat, apa tulisannya? Halloween in cans? Apa kau sudah membukanya?"

Bah, anak ini sama sekali tidak membantunya. Michelle bilang dia tahu, tapi kenapa dia malah berbalik tanya. "Dasar gadis idiot. Kalau aku sudah membukanya. Aku juga tak akan bertanya padamu. Now, stay away from me. I gotta go!"

"Iya aku dengar. Dasar bocah penggerutu"

Ia terus saja berjalan di atas jalan setapak berbatu di depan rumahnya. Terhampar luas karpet rumput yang membentang menyelimuti tanah lembab di halaman. Sembari browsing ke internet melalui ponselnya. Yea--ini tahun 2007 bukan jamannya lagi penyihir bulukan. Cerita penyihir seperti itu jelas hanya ada di cerita para muggle yang tak tahu apa-apa. Well, kini ia sudah sampai di Hyde Park dan menduduki salah satu ayunan di ujung. Tak jauh dari rumahnya memang. Yeah, setidaknya disini bisa jauh dari gadis --stupid freak-- itu. Dan tempat ini sangat sempurna. Tak ada orang disini. Setidaknya belum.

Dia masih penasaran dengan benda tadi yang ia temukan di meja kamarnya. Halloween in Cans. Bahkan ia tak ingat bagaimana ini bisa ada disana. Ia mencoba berpikir keras. Memejamkan matanya sejenak dan mencoba mengingat kembali benda ini berasal. Selama beberapa detik, terlihat samar-samar sebuah gambar yang melayang di otaknya mengenai kaleng ini di suatu tempat. Di Hogsmeade. Yea--saat itu ada seorang pria tua yang memberikannya sewaktu ia sedang uji nyali di gubug menjerit. Shrieking Shack. Ingat apa katanya. Hal menakjubkan yang belum pernah kau lihat sebelumnya ada dalam sini. Hanya satu-satunya di dunia? Oh, yang benar saja. Ini pasti hanya kaleng mainan bodoh untuk anak-anak di bawah usia lima tahun.

Kelerengnya terus saja mengamati label kaleng itu. Membaca setiap kata dari indikasinya. Nothing. Tak ada indikasi apapun atau kode produksi disana. Ini barang ilegal kurasa. Sudah jelas. Kaleng ini semakin membuatnya penasaran dan terus saja menatap kalimat Halloween--in--Cans pada judul labelnya. Tunggu ada yang mencurigakan disini. Ada tulisan lain di bawah kalimat tadi. Sangat kecil. Hampir tak kelihatan. Dipicingkannya matanya untuk memeriksa deretan huruf yang sangat kecil disana. Apa katanya. BAHAYA JANGAN DEKAT-DEKAT. Eh? Apa maksudnya lagi ini. Rasa aneh dalam perutnya kini terus mendorongnya untuk membuka kaleng sampah ini. Dengan cara muggle, eh? Hell, kalau saja ia boleh menggunakan mantra di luar sekolah. Pasti kaleng ini sudah terbuka sejak tadi. Bodoh, bagaimana bisa juga ia lupa membawa alat pembuka botol. Jangan tanya kenapa kalau kau tak ingin mendapat benjolan kecil di kepalamu. Oke, banting saja itu kaleng. Lalu injak sampai penyok. Yang bahkan kau tak akan pernah melihat apa isi dari kaleng itu. Cara lain? Bagaimana kalau digigit saja. Ide bagus, kalau kau ingin menyumbangkan semua gigimu pada peri gigi.

"Pakai ini saja, bodoh!" suara berat seorang pria yang tiba-tiba mengagetkannya dari belakang punggung Sean. Secara refleks, ia pun melempar pandangannya ke wajah bocah yang baru saja menawarkan sebuah alat pembuka botol kepada Sean. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui siapa orang itu. Hampir saja membuatnya tersentak dan terjatuh dari ayunan."Hah, Willy. Mau apa kau ke sini?"

"Apa? Kau tidak senang aku kesini dan mendadak jadi superhero untuk anak cecunguk sepertimu, eh? Kalau begitu aku bisa saja ber-Apparate sekarang dan membiarkanmu merengek sendirian di sini." jawab Willy ketus.

Yea, Seperti itulah seorang William Elpahsya Kheo keturunan keluarga bangsawan dari Switzerland yang bertempat tinggal dua blok dari taman. Tak heran tahun lalu ia terpilih masuk asrama ular. Asrama yang seharusnya jadi musuh bebuyutan Gryffindor --Asrama Slytherin-- dan tidak salah asrama itu terletak di bawah tanah. Tempat yang sangat pantas untuk merendahkan harga diri para pecundang yang sombong itu.


EDIT SOON